makanenak – Kota Pekalongan, selain dikenal dengan batiknya yang mendunia, juga menyimpan pesona kuliner malam yang menggoda. Salah satu sajian favorit warga dan wisatawan adalah martabak, baik yang manis maupun telur. Di kota ini, ada beberapa penjual martabak yang telah melegenda selama puluhan tahun dan selalu ramai pembeli setiap malam. Aroma mentega, cokelat, dan telur yang berpadu di atas wajan panas seolah menjadi magnet bagi siapa pun yang melintas.
Berikut tiga martabak legendaris di Pekalongan yang wajib kamu coba jika berkunjung malam hari.
- Martabak Bang Udin – Simpang Jetayu
Martabak Bang Udin dikenal sebagai salah satu yang paling tua di Pekalongan. Berjualan sejak tahun 1980-an, Bang Udin mempertahankan resep klasik yang diwariskan dari ayahnya. Adonan martabak manisnya terkenal lembut dengan topping melimpah—mulai dari cokelat, kacang, keju, hingga pisang. Sementara untuk martabak telur, bumbunya gurih dan disajikan bersama acar mentimun segar. Lokasinya di dekat Simpang Jetayu membuatnya mudah ditemukan, dan antrean panjang setiap malam menjadi bukti betapa larisnya tempat ini. - Martabak 99 – Jalan Hayam Wuruk
Kalau kamu mencari cita rasa martabak modern tapi tetap mempertahankan keaslian racikan lama, Martabak 99 adalah jawabannya. Berdiri sejak tahun 1995, tempat ini terkenal karena selalu menggunakan bahan premium. Martabak manisnya terkenal tebal dan lembut dengan pilihan rasa kekinian seperti greentea, red velvet, hingga nutella, namun tetap mempertahankan varian klasik yang disukai pelanggan lama. Sementara martabak telur di sini punya ciri khas kulitnya yang renyah dan tidak terlalu berminyak. Penjualnya, Pak Hadi, dikenal ramah dan sering memberi potongan kecil gratis untuk pelanggan langganan. - Martabak Cak To – Alun-Alun Pekalongan
Martabak Cak To bisa dibilang paling ramai menjelang tengah malam. Letaknya strategis di dekat Alun-Alun Pekalongan, menjadi tempat persinggahan favorit para pekerja malam dan wisatawan. Daya tarik utama martabak ini adalah proses pembuatannya yang masih menggunakan arang tradisional, memberi aroma khas yang tidak ditemukan di tempat lain. Porsinya besar, cocok untuk disantap bersama keluarga atau teman. Selain itu, pembeli juga bisa memesan martabak setengah matang, yang katanya lebih nikmat karena adonannya masih lembut di dalam. - Tradisi Martabak Malam Pekalongan
Menikmati martabak di Pekalongan bukan sekadar soal rasa, tetapi juga bagian dari budaya malam kota ini. Di banyak sudut kota, terutama sekitar Jetayu dan Alun-Alun, aroma mentega panggang bercampur dengan riuh obrolan pembeli menjadi suasana khas yang sulit dilupakan. Biasanya, penjual mulai buka pukul 17.00 hingga lewat tengah malam. Tradisi nongkrong sambil menunggu martabak matang telah menjadi kebiasaan warga lokal yang turun-temurun. - Tips Menikmati Martabak Legendaris
Agar pengalamanmu lebih maksimal, datanglah sekitar pukul 19.00–21.00 saat stok masih lengkap dan antrean belum terlalu panjang. Jangan ragu meminta tingkat kematangan sesuai selera—beberapa pelanggan lebih suka martabak yang sedikit basah untuk rasa yang lebih lembut. Jika ingin membawa pulang, mintalah kemasan kertas agar martabak tidak cepat lembek. Dan yang paling penting, nikmati martabak bersama teh panas atau kopi hitam, kombinasi klasik yang menambah kenikmatan malam di Pekalongan.
Martabak-martabak legendaris di Pekalongan bukan hanya menawarkan cita rasa otentik, tapi juga menyimpan kenangan masa lalu yang terus dijaga oleh para penjualnya. Setiap gigitan seolah membawa kita pada kehangatan suasana kota pesisir yang bersahaja namun penuh cita rasa. Jadi, jika berkesempatan mengunjungi Pekalongan, sempatkanlah mencicipi martabak malam hari — karena di sanalah cita rasa klasik Indonesia masih hidup hingga kini.

