makanenak – Istilah makanan ultra-proses (ultra-processed foods/UPF) kembali menjadi perbincangan setelah sejumlah ahli gizi internasional mengeluarkan panduan baru mengenai cara memilah mana produk olahan yang masih tergolong sehat. Selama ini, makanan ultra-proses sering disalahartikan sebagai makanan yang sepenuhnya berbahaya. Namun, riset terbaru menunjukkan bahwa tidak semua UPF harus dihindari—beberapa di antaranya masih bisa menjadi bagian dari pola makan seimbang bila dikonsumsi dengan bijak.
- Latar Belakang Panduan Baru
Panduan ini diterbitkan oleh sekelompok ahli nutrisi dari Eropa dan Amerika Serikat yang menilai bahwa klasifikasi ultra-proses sering kali terlalu menyamaratakan. Berdasarkan sistem NOVA Classification, makanan masuk kategori UPF jika melalui banyak tahap pengolahan dan mengandung bahan tambahan seperti pengawet, perisa buatan, atau pemanis sintetis. Namun, para peneliti menilai pendekatan itu perlu diperbarui karena tidak semua pengolahan berdampak negatif. Beberapa proses, seperti fortifikasi vitamin atau pengurangan lemak jenuh, justru dilakukan demi kesehatan konsumen. - Contoh UPF yang Masih Dinilai Aman
Dalam panduan terbaru ini, sejumlah makanan seperti roti gandum dalam kemasan, yoghurt rendah gula, sereal fortifikasi, dan susu kedelai masih dianggap layak dikonsumsi. Meskipun tergolong ultra-proses, produk-produk tersebut tetap menyumbang nutrisi penting seperti serat, kalsium, dan protein nabati. Kuncinya, kata para ahli, ada pada kandungan gizinya, bukan sekadar proses pembuatannya. Jika makanan olahan tersebut memiliki profil gizi yang baik dan tidak tinggi gula, garam, atau lemak jenuh, maka masih bisa masuk dalam pola makan sehat. - Makanan yang Sebaiknya Dibatasi
Sebaliknya, panduan baru ini menegaskan bahwa masyarakat sebaiknya membatasi konsumsi makanan ultra-proses dengan nilai gizi rendah, seperti snack kemasan tinggi sodium, minuman berpemanis, dan daging olahan. Produk-produk semacam ini cenderung mengandung kalori kosong, rendah mikronutrien, dan bisa meningkatkan risiko penyakit metabolik bila dikonsumsi berlebihan. Ahli juga menyoroti pentingnya membaca label gizi secara teliti agar konsumen bisa membedakan antara produk olahan bergizi dan yang hanya tinggi aditif. - Pendekatan Seimbang dalam Pola Makan
Alih-alih melarang total UPF, para ahli mendorong pendekatan “diet realistis” yang mempertimbangkan kondisi masyarakat modern. Di tengah gaya hidup cepat dan kebutuhan praktis, menghindari semua makanan olahan bukan hal mudah. Oleh karena itu, panduan ini menekankan prinsip keseimbangan: memperbanyak konsumsi bahan segar seperti buah, sayur, dan protein alami, sambil tetap memanfaatkan makanan olahan yang bernilai gizi positif. Intinya, bukan jenis proses yang menentukan kesehatan, tetapi kualitas nutrisi keseluruhan dan frekuensi konsumsinya. - Implikasi bagi Kebijakan dan Edukasi Gizi
Panduan baru ini diharapkan dapat mengubah cara pemerintah dan industri pangan menyusun kebijakan kesehatan. Alih-alih memberi label negatif pada seluruh produk olahan, diperlukan klasifikasi yang lebih detail berdasarkan nilai gizi aktual. Edukasi kepada masyarakat juga harus ditingkatkan agar konsumen lebih cerdas memilih produk makanan. Dengan demikian, wacana soal UPF dapat bergeser dari stigma menjadi panduan praktis untuk hidup sehat.
Panduan baru tentang makanan ultra-proses ini menjadi langkah penting dalam memperbaiki pemahaman publik. Masyarakat diajak lebih kritis dan bijak dalam memilih makanan, tanpa harus menghindari seluruh produk olahan. Sebab pada akhirnya, kesehatan tidak hanya ditentukan oleh proses pembuatan makanan, tetapi juga oleh keseimbangan pola makan, gaya hidup aktif, dan kesadaran nutrisi yang berkelanjutan.
